Ini siang yang panjang, saya berselonjor manja dilantai setelah berlelah-lelah.
yah, mulai hari ini, inilah rumah baru saya. sebuah petak dua kali tiga berdinding beton, berpintu dan berjendela tunggal. Di belakang ada kamar mandi.
saya kemudian bangkit lagi, ada yang saya lupakan.
saya merogoh-rogoh kardus terakhir, saya temukan satu figura, saya tempelkan persis di depan meja belajar saya.
saya tersenyum-senyum sendiri. setidaknya walaupun jauh, saya masih bisa melihat mereka, keluarga.
dan besok adalah hari berbangga saya. pun bagaimana siap tidak siap, saya sudah digelari maha-siswa.
masa tanam : dua bulan.
pelan-pelan, saya bisa beradaptasi dengan yang saya khawatirkan.
bagaimana tidak khawatir? kakak kelas dari jauh-jauh sudah mengancam begini begitu tentang maha-siswa. semua harus diurus sendirilah, makan disiapkan sendirilah, ketika subuh datang bangun sendirilah, dan macam-macam.
sore ini, saya senyum-senyum. saya sudah punya banyak teman disini.
di kelas dan seputar rumah saya ini.
ibu Tuti, pemilik rumah ini sangat baik dengan saya. sekali sebulan di rumah utara lima meter dari rumah saya, keluarganya masak besar dan kemudian dibagikan pada pelanggan sewa.
Wedi adalah tetangga sebelah rumah yang baik. Dia dapat berbicara sekaligus mendengarkan. Usianya tiga tahun lebih tua daripada saya. Dia lebih sering meminjamkan buku-buku diktat, kadang mengajarkan persoalan kalkulus. Sementara, saya membantunya mencuil sebagian roti saya ketika akhir bulan. Dia kakak yang baik, tidak gengsian.
Toni tidak seperti yang saya nilai ketika melihat ia pertama kali. Toni adalah tetangga sebelah Wedi. Persetan soal perbedaan mata, kulit, ras, dan agama. Toni adalah Toni, saya adalah saya. Bagi Toni ya bagi Tono. Bagi saya ya bagi saya.
saya senang dengan lingkungan ini. yah, walaupun saya masih menyimpan heran, dengan rumah persis disebelah saya. Siapa disana?
ibu Tuti menyebutkan disana tinggal seorang maha-siswa juga. Namanya Anton. aktivis, pulang malam sekali pergi pagi sekali. dia tidak bawa rantang, caping, dan cangkul. hanya mata membara. itu saja.
dari celah pintu dan jendela saya temukan saya selebaran dan koran. bahkan, kadang nyasar ke jendela saya.
isinya mengenai reformasi.